LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN
DRIFTING BEHAVIOR
Oleh:
Nama : Fernando Bangun
NIM : H1K012037
Kelompok :
1
Asisten :
Harry Farhat
JURUSAN PERIKANAN DAN
KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekologi
perairan berasal dari dua kata ekologi dan perairan, sedangkan Ekologi berasal
dari bahasa Yunani , yang terdiri dari dua kata, oikos yang artinya rumah atau
tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu, sedangkan perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis
seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan
ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Ekologi Perairan diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari baik interaksi antar makhluk maupun interaksi antara makhluk
hidup dengan lingkungannya di bidang perairan. Ekologi
Perairan adalah Cabang ilmu yang mempelajari mengenai lingkungan yang fokus
mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara organisme di perairan
dengan lingkungannya. Lingkungan sangat berpengaruh sebab ia memang peranan
dalam menciptakan kenyamanan hidup organisme di perairan. Seseorang yang
mempelajari ekologi perairan diharapkan bisa dan mampu mengidentifikasi
hubungan timbal balik lingkungan dan organisme di perairan ( Ika dan Gustina, 2012).
Dalam
studi ekologi digunakan metode pendekatan secara menyeluruh pada komponen-komponen
yang berkaitan dengan suatu sistem. Ruang lingkup ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagi komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik
dan biotik. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukan
kesatuan. Sungai
adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara
alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir.
Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil
menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil, kemudian menjadi
alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama. Dengan
demikian dapat dikatakan sungai berfungsi menampung curah hujan dan
mengalirkannya ke laut (Loebis,
1993). Praktikum
ekologi perairan kali ini dilaksanakan di Sungai Logawa Hulu, Desa Jipang,
Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Praktikum yang
dilakukan adalah mengamati drifting
behavior dari bentik yang ada di Sungai Logawa bagian hulu. Sungai Logawa
adalah suatu sungai tropis yang terletak di kabupaten Banyumas. Sungai ini
mengalir melalui berbagai jenis lahan, yaitu hutan dan persawahan. Penduduk di
sekitar sungai Logawa memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari mereka termasuk
memancing (Kyoto, 2008).
Gambar 1. (Sungai
Logawa Bagian Hulu)
1.2
Tujuan
Tujuan
diadakannya praktikum lapangan ini adalah :
1)
Untuk mengetahui ordo
dari bentik yang aktif merapung.
2)
Untuk mengetahui waktu drifting behavior tertinggi dari bentik
di Sungai Logawa.
2
MATERI
DAN METODE
2.1.
Materi
2.1.1
Alat
Alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah jala Surber, plastik es, saringan, sedotan, botol
film, nampan, lup, label, buku identifikasi, dan kamera.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Formalin 4%
dan sampel.
2.2.
Metode
2.2.1
Drifting
Metode
drifting merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan jala Surber, yaitu
dengan cara menancapkan Surber pada salah satu bagian sungai yang diletakkan
secara berlawanan dengan arus sungai selama 60 menit, kemudian diangkat dan
semua serasah dimasukkan ke dalam plastik es. Setelah itu sortir serasah
tersebut, masukkan sampel ke dalam botol film dan awetkan dengan formalin 4%.
Berilah label pada sampel yang telah dimasukkan ke dalam botol film.
2.2.2. Kick
Surber
Metode
kick surber merupakan metode pengambilan sampel Bentik dengan menggunakan Jala Surber yang menghadap arus,
kemudian berjalan 5 meter dan dengan kaki, substrat di depan mulut bukaan jala diaduk-aduk. Surber
kemudian diangkat dan semua serasah dimasukkan ke dalam plastik
es. Pengambilan dilakukan pada
bagian tepi dan tengah. Setelah itu sortir serasah
tersebut, masukkan ke dalam botol film dan awetkan dengan formalin 4%. Berilah
label pada sampel yang telah dimasukkan ke dalam botol film.
2.3. Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan ini
dilakukan pada hari Jumat
tanggal 13
September 2013
pukul
11.30 WIB sampai dengan hari Sabtu
tanggal 14 September
2013 pukul 06.30 WIB, bertempat di Sungai Logawa Hulu, Desa Jipang, Kecamatan
Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1
Hasil
Tabel
1. Drifting Behavior
No.
|
Ordo
|
Waktu
|
Jumlah
|
|||||
11.30-12.30
|
15.00-16.00
|
17.30-18.30
|
20.00-21.00
|
23.30-00.30
|
05.30-06.30
|
|||
1.
|
Tricoptera
|
5
|
-
|
-
|
4
|
5
|
3
|
17
|
2.
|
Lepidoptera
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
3.
|
Ephemeroptera
|
1
|
-
|
26
|
-
|
-
|
-
|
27
|
4.
|
Plecoptera
|
-
|
4
|
-
|
-
|
1
|
-
|
5
|
5.
|
Odonata
|
-
|
-
|
18
|
-
|
-
|
-
|
18
|
6.
|
Coleoptera
|
-
|
-
|
10
|
1
|
-
|
1
|
12
|
7.
|
Diptera
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
1
|
Total
|
8
|
4
|
54
|
5
|
6
|
4
|
82
|
Tabel
2. Bentik
No.
|
Ordo
|
Jumlah
|
1.
|
Tricoptera
|
9
|
2.
|
Lepidoptera
|
4
|
Total
|
13
|
Tabel 3. Rasio Drifting
Behavior dengan Bentik
No.
|
Ordo
|
B (%)
|
DB (%)
|
Rasio B:DB
|
Gambar
|
1.
|
Tricoptera
|
69,2
|
20,7
|
69,2:20,7
|
|
2.
|
Lepidoptera
|
30,7
|
2,43
|
30,7:2,43
|
|
3.
|
Ephemeroptera
|
0
|
32,9
|
0:32,9
|
|
4.
|
Plecoptera
|
0
|
6,09
|
0:6,09
|
|
5.
|
Odonata
|
0
|
21,9
|
0:21,9
|
|
6.
|
Coleoptera
|
0
|
14,6
|
0:14,6
|
|
7.
|
Diptera
|
0
|
1,21
|
0:1,21
|
|
*B : Bentik
DB : Drifting Behavior
3.2 Pembahasan
Bentik memiliki peranan penting dalam siklus nutrien di dasar
perairan. Selain itu membantu proses dekomposisi materi organik. Bentos
hidupnya relatif menetap, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas
lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Parameter yang digunakan untuk penilaian kualitas air ini bervariasi, dapat
berupa keberadaan suatu jenis organisme dalam suatu badan air. Penggunaan jenis
tertentu sebagai bioindikator dilakukan dengan eksplorasi kehadiran jenis-jenis
sensitif dan atau jenis-jenis yang mempunyai daya toleransi luas terhadap
perubahan kondisi lingkungan.(Tobing, 2008).
Makrozoobenthos merupakan hewan
yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang
sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran
penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi
material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan
trofik dalam rantai makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun
bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki
kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya
organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit
(Odum, 1993)
Dari data di atas di dapat bahwa ordo yang melakukan drifting
berjumlah 7 ordo.
Hal ini dikarenakan adanya pergerakan bentik yang bersifat pasif dan aktif.
Perilaku mengapung yang bersifat aktif dari tujuh ordo tersebut dilakukan untuk mencari
sumber makanan dan substrat yang cocok untuk hidup serta menghindari dari
predator dan pengaruh persaingan, menghindari kondisi lingkungan yang kurang
baik akibat adanya pencemaran dan pergerakan yang berhubungan dengan
kehidupannya seperti menetaskan telur, pupasi dan fase dewasa. Sedangkan untuk
pergerakan mengapung pasif yaitu secara tidak sengaja berpindah tempat karena
hanyut terbawa arus Ordo yang paling tinggi melakukan drifting yaitu ordo Ephemeroptera karena ordo Ephemeroptera ini merupakan larva serangga air yang
termasuk pterygotha yaitu serangga yang memiliki sayap dimana ketika akan
berubah menjadi tahapan yang bersayap, nimfa serangga ini timbul ke permukaan
air (mengapung) dan berganti kulit dan kemudian terbang kepinggiran dan hinggap
di atas tumbuh-tumbuhan. Jadi, perbandingan antara ordo dalam bentik (surber) dengan
ordo dalam drifting paling banyak diperoleh yaitu ordo dalam drifting dengan
jumlah 82 sedangkan ordo dalam bentik (surber)
sebesar 13.
Hal ini dikarenakan adanya aliran arus yang menyebabkan ordo dalam bentik yang
terletak di dasar perairan pindah atau naik ke permukaan air. Dan biasanya
ciri-ciri ordo yang ada di dasar yaitu memiliki tubuh yang flat sehingga dapat
melekatkan dirinya pada ruang sempit pada butiran sedimen dasar perairan
sedangkan ordo dalam drifting memiliki kemampuan berenang dan daya apung yang
tinggi sehingga dapat hidup di permukaan perairan (Hauer dan Lamberti, 1996).
Pada
praktikum di sungai Logawa, kelompok kami melakukan 6 kali drifting. Pertama pada
jam 11.30, kami mendapatkan 3 ordo yaitu Tricoptera mendapatkan 5 ekor, Lepidoptera mendapatkan 2 ekor, Ephemeroptera mendapatkan 1 ekor. Kedua pada jam 15.00 mendapatkan
1 ordo yaitu Plecoptera mendapatkan 4 ekor. Ketiga pada jam 17.30 mendapatkan 3 ordo yaitu Ephemeroptera medapatkan 26 ekor, Odanata mendapatkan 18 ekor, ordo
Coleoptera mendapatkan 10 ekor. Keempat pada jam 20.00 kami
mendapatkan 2 ordo yaitu Tricoptera medapatkan 4 ekor, Coleoptera mendapatkan 1 ekor. Pada jam 23.30 kami mendapatkan 2
ordo yaitu ordo Tricoptera mendapatkan 5 ekor, dan ordo Plecoptera mendapatkan 1 ekor. Keenam pada jam 06.30 mendapatkan
3 ordo yaitu ordo Tricoptera mendaptkan 3 ekor, ordo Coleoptera mendapatkan 1 ekor, dan ordo Diptera mendapatkan 1
ekor. Dan grafik perjamnya adalah sebagai berikut:
Grafik
1. Sebaran Ordo Bentik Tiap Jam Pengamatan
Drifting tertinggi yaitu pada jam 17.30 dikarenakan pada
jam tersebut bentik mulai mencari makan dengan perilaku mengapung dan mengikuti
arus, karena pada jam tersebut debit air mulai naik (Paul C. E. Bailey) dan arus mulai kencang dan temperature air mulai
menurun, selain itu pada jam tersebut jarang predator yang berkeliaran (Susan M. Daniels dan John C. Morse, 1991). Dimana telah
dibahas pada bagian pertama, ordo Ephemeroptera karena ordo Ephemeroptera ini merupakan larva serangga air yang
termasuk pterygotha yaitu serangga yang memiliki sayap dimana ketika akan
berubah menjadi tahapan yang bersayap, nimfa serangga ini timbul ke permukaan
air (mengapung) dan berganti kulit dan kemudian terbang kepinggiran dan hinggap
di atas tumbuh-tumbuhan (Hauer dan Lamberti, 1996)
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1.
Pada praktikum ekologi perairan yang bertempat di hulu
Sungai Logawa, desa Jipang, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas Jawa
Tengah. Jenis bentik yang didapatkan pada sungai Logawa ada 7 ordo yaitu Tricoptera, Lepidoptera, Ephemeroptera, Plecoptera, Odonata, Coleoptera, Diptera. Kelimpahan Ordo yang paling tinggi melakukan
drifting yaitu ordo Ephemeroptera karena ordo Ephemeroptera ini merupakan larva serangga air yang
termasuk pterygotha yaitu serangga yang memiliki sayap dimana ketika akan
berubah menjadi tahapan yang bersayap, nimfa serangga ini timbul ke permukaan
air (mengapung) dan berganti kulit dan kemudian terbang kepinggiran dan hinggap
di atas tumbuh-tumbuhan.
2.
Drifting tertinggi yaitu pada jam 17.30 dikarenakan
pada jam tersebut bentik mulai mencari makan dengan perilaku mengapung dan
mengikuti arus, karena pada jam tersebut debit air mulai naik dan arus mulai
kencang dan temperature air mulai menurun, selain itu pada jam tersebut jarang
predator yang berkeliaran.
4.2 Saran
Sungai Logawa bagian hulu dalam
keadaan belum tercemar karena
ordo Tricoptera, Ephemeroptera, Coleoptera, Diptera adalah indikotor air bersih
sehingga harus dilestarikan.
Selain itu untuk menjaga ekosistem yang berada pada
hulu sungai Logawa masyarakat sekitar harus ikut berpartisipasi, sebagian
masyarakat menggunakan sungai sebagai MCK, sebaiknya di setiap rumah di beri
kamar mandi, kalau tidak diberi 1 sarana
MCK agar tidak melakukan aktifitas mereka di sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey , Paul C. E., 1981. Insect Drift in Condor Creek,Australian Capital Territory. Australian National University: University
of Adelaide, Australia
Diana Cristine, Lamberti. 2000. The periodicity of caddisfly (trichoptopera)
drift and the
effect of predation on that pattern. Bios; USA
Gerhardt Almut, dkk. 2008. Environmental Pollution. University of
Coimbra press : Portugal
Hauer,R.F.,
and Limberti, A.G. 1996. Methods In Steam
Ecology. Academic Press. San Diego, California, USA.
Mahajoeno Edwi,
Manan Efendi, Ardiansyah. 2001 . Keanekaragaman Larva Insekta
pada Sungai-sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. FMIPA UNS Surakarta press: Surakarta
Odum EP. 2008. Dasar-dasar
Ekologi. Edisi ketiga. Yogyakarta. Gajah Mada University press.
Oktavian
Ika, Gustina. 2012 . komposisi bentos di sungai siak kelurahan
sri meranti kecamatan rumbai kota pekanbaru
Suwartimah
Ken, Widianingsih, dkk. 2011. Komposisi Jenis dan Kelimpahan Diatom Bentik
di Muara Sungai Comal Baru Pemalang. Universitas Diponegoro.
Semarang
Tobing, Imran
S.L. 2009. Kondisi Perairan Pantai
Sekitar Merak, Banten Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Jenis Benthos.
(online) Jurnal VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009, diakses 14.
Ward, J. V.
1992. Aquatic Insect Ecology, Biology and Habitat. New York: John Wiley
and Sons.