Rabu, 09 Oktober 2013

Laporan Individu


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
DRIFTING BEHAVIOR




Oleh:
Nama              : Fernando Bangun
NIM                : H1K012037
Kelompok      : 1       
Asisten            : Harry Farhat




JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
I.                  PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Ekologi perairan berasal dari dua kata ekologi dan perairan, sedangkan Ekologi berasal dari bahasa Yunani , yang terdiri dari dua kata, oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu, sedangkan perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Ekologi Perairan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk maupun interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya di bidang perairan. Ekologi Perairan adalah Cabang ilmu yang mempelajari mengenai lingkungan yang fokus mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara organisme di perairan dengan lingkungannya. Lingkungan sangat berpengaruh sebab ia memang peranan dalam menciptakan kenyamanan hidup organisme di perairan. Seseorang yang mempelajari ekologi perairan diharapkan bisa dan mampu mengidentifikasi hubungan timbal balik lingkungan dan organisme di perairan ( Ika dan Gustina, 2012).
Dalam studi ekologi digunakan metode pendekatan secara menyeluruh pada komponen-komponen yang berkaitan dengan suatu sistem. Ruang lingkup ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagi komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotik. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukan kesatuan. Sungai adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil, kemudian menjadi alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama. Dengan demikian dapat dikatakan sungai berfungsi menampung curah hujan dan mengalirkannya ke laut (Loebis, 1993). Praktikum ekologi perairan kali ini dilaksanakan di Sungai Logawa Hulu, Desa Jipang, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Praktikum yang dilakukan adalah mengamati drifting behavior dari bentik yang ada di Sungai Logawa bagian hulu. Sungai Logawa adalah suatu sungai tropis yang terletak di kabupaten Banyumas. Sungai ini mengalir melalui berbagai jenis lahan, yaitu hutan dan persawahan. Penduduk di sekitar sungai Logawa memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari mereka termasuk memancing (Kyoto, 2008).
 

Gambar 1. (Sungai Logawa Bagian Hulu)

1.2              Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum lapangan ini adalah :
1)      Untuk mengetahui ordo dari bentik yang aktif merapung.
2)      Untuk mengetahui waktu drifting behavior tertinggi dari bentik di Sungai Logawa. 

2                      MATERI DAN METODE
2.1.            Materi
2.1.1        Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jala Surber, plastik es, saringan, sedotan, botol film, nampan, lup, label, buku identifikasi, dan kamera.
2.1.2.      Bahan
Bahan yang digunakan adalah Formalin 4% dan sampel.
2.2.            Metode
2.2.1        Drifting
Metode drifting merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan jala Surber, yaitu dengan cara menancapkan Surber pada salah satu bagian sungai yang diletakkan secara berlawanan dengan arus sungai selama 60 menit, kemudian diangkat dan semua serasah dimasukkan ke dalam plastik es. Setelah itu sortir serasah tersebut, masukkan sampel ke dalam botol film dan awetkan dengan formalin 4%. Berilah label pada sampel yang telah dimasukkan ke dalam botol film.
2.2.2.      Kick Surber
Metode kick surber merupakan metode pengambilan sampel Bentik dengan menggunakan Jala Surber yang menghadap arus, kemudian berjalan 5 meter dan dengan kaki, substrat di depan mulut bukaan jala diaduk-aduk. Surber kemudian diangkat dan semua serasah dimasukkan ke dalam plastik es. Pengambilan dilakukan pada bagian tepi dan tengah. Setelah itu sortir serasah tersebut, masukkan ke dalam botol film dan awetkan dengan formalin 4%. Berilah label pada sampel yang telah dimasukkan ke dalam botol film.
2.3.     Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 13 September 2013 pukul 11.30 WIB sampai dengan hari Sabtu tanggal 14 September 2013 pukul 06.30 WIB, bertempat di Sungai Logawa Hulu, Desa Jipang, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

III HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1                 Hasil
Tabel 1. Drifting Behavior
No.
Ordo
Waktu
Jumlah
11.30-12.30
15.00-16.00
17.30-18.30
20.00-21.00
23.30-00.30
05.30-06.30
1.
Tricoptera
5
-
-
4
5
3
17
2.
Lepidoptera
2
-
-
-
-
-
2
3.
Ephemeroptera
1
-
26
-
-
-
27
4.
Plecoptera
-
4
-
-
1
-
5
5.
Odonata
-
-
18
-
-
-
18
6.
Coleoptera
-
-
10
1
-
1
12
7.
Diptera
-
-
-
-
-
1
1
Total
8
4
54
5
6
4
82

Tabel 2. Bentik
No.
Ordo
Jumlah
1.
Tricoptera
9
2.
Lepidoptera
4
Total
13


Tabel 3. Rasio Drifting Behavior dengan Bentik
No.
Ordo
B (%)
DB (%)
Rasio B:DB
Gambar
1.
Tricoptera
69,2
20,7
69,2:20,7
2.
Lepidoptera
30,7
2,43
30,7:2,43
lepidoptera.jpg
3.
Ephemeroptera
0
32,9
0:32,9
Ephemeoptera.jpg
4.
Plecoptera
0
6,09
0:6,09
5.
Odonata
0
21,9
0:21,9
Odonata.jpg
6.
Coleoptera
0
14,6
0:14,6
7.
Diptera
0
1,21
0:1,21
                                               
*B : Bentik
 DB : Drifting Behavior

3.2       Pembahasan
      Bentik memiliki peranan penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Selain itu membantu proses dekomposisi materi organik. Bentos hidupnya relatif menetap, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Parameter yang digunakan untuk penilaian kualitas air ini bervariasi, dapat berupa keberadaan suatu jenis organisme dalam suatu badan air. Penggunaan jenis tertentu sebagai bioindikator dilakukan dengan eksplorasi kehadiran jenis-jenis sensitif dan atau jenis-jenis yang mempunyai daya toleransi luas terhadap perubahan kondisi lingkungan.(Tobing, 2008).
Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit (Odum, 1993)
Dari data di atas di dapat bahwa ordo yang melakukan drifting berjumlah 7 ordo. Hal ini dikarenakan adanya pergerakan bentik yang bersifat pasif dan aktif. Perilaku mengapung yang bersifat aktif dari tujuh ordo tersebut dilakukan untuk mencari sumber makanan dan substrat yang cocok untuk hidup serta menghindari dari predator dan pengaruh persaingan, menghindari kondisi lingkungan yang kurang baik akibat adanya pencemaran dan pergerakan yang berhubungan dengan kehidupannya seperti menetaskan telur, pupasi dan fase dewasa. Sedangkan untuk pergerakan mengapung pasif yaitu secara tidak sengaja berpindah tempat karena hanyut terbawa arus Ordo yang paling tinggi melakukan drifting yaitu ordo Ephemeroptera karena ordo Ephemeroptera ini merupakan larva serangga air yang termasuk pterygotha yaitu serangga yang memiliki sayap dimana ketika akan berubah menjadi tahapan yang bersayap, nimfa serangga ini timbul ke permukaan air (mengapung) dan berganti kulit dan kemudian terbang kepinggiran dan hinggap di atas tumbuh-tumbuhan. Jadi, perbandingan antara ordo dalam bentik (surber) dengan ordo dalam drifting paling banyak diperoleh yaitu ordo dalam drifting dengan jumlah 82 sedangkan ordo dalam bentik (surber) sebesar 13. Hal ini dikarenakan adanya aliran arus yang menyebabkan ordo dalam bentik yang terletak di dasar perairan pindah atau naik ke permukaan air. Dan biasanya ciri-ciri ordo yang ada di dasar yaitu memiliki tubuh yang flat sehingga dapat melekatkan dirinya pada ruang sempit pada butiran sedimen dasar perairan sedangkan ordo dalam drifting memiliki kemampuan berenang dan daya apung yang tinggi sehingga dapat hidup di permukaan perairan (Hauer dan Lamberti, 1996).
Pada praktikum di sungai Logawa, kelompok kami melakukan 6 kali drifting. Pertama pada jam 11.30, kami mendapatkan 3 ordo yaitu Tricoptera mendapatkan 5 ekor, Lepidoptera mendapatkan 2 ekor, Ephemeroptera mendapatkan 1 ekor. Kedua pada jam 15.00 mendapatkan 1 ordo yaitu Plecoptera mendapatkan 4 ekor. Ketiga pada jam 17.30 mendapatkan 3 ordo yaitu Ephemeroptera medapatkan 26 ekor, Odanata mendapatkan 18 ekor, ordo Coleoptera mendapatkan 10 ekor. Keempat pada jam 20.00 kami mendapatkan 2 ordo yaitu Tricoptera medapatkan 4 ekor, Coleoptera mendapatkan 1 ekor. Pada jam 23.30 kami mendapatkan 2 ordo yaitu ordo Tricoptera mendapatkan 5 ekor, dan ordo Plecoptera mendapatkan 1 ekor. Keenam pada jam 06.30 mendapatkan 3 ordo yaitu ordo Tricoptera mendaptkan 3 ekor, ordo Coleoptera mendapatkan 1 ekor, dan ordo Diptera mendapatkan 1 ekor. Dan grafik perjamnya adalah sebagai berikut:
Grafik 1. Sebaran Ordo Bentik Tiap Jam Pengamatan
Drifting tertinggi yaitu pada jam 17.30 dikarenakan pada jam tersebut bentik mulai mencari makan dengan perilaku mengapung dan mengikuti arus, karena pada jam tersebut debit air mulai naik (Paul C. E. Bailey) dan arus mulai kencang dan temperature air mulai menurun, selain itu pada jam tersebut jarang predator yang berkeliaran (Susan M. Daniels dan John C. Morse, 1991). Dimana telah dibahas pada bagian pertama, ordo Ephemeroptera karena ordo Ephemeroptera ini merupakan larva serangga air yang termasuk pterygotha yaitu serangga yang memiliki sayap dimana ketika akan berubah menjadi tahapan yang bersayap, nimfa serangga ini timbul ke permukaan air (mengapung) dan berganti kulit dan kemudian terbang kepinggiran dan hinggap di atas tumbuh-tumbuhan (Hauer dan Lamberti, 1996)
IV.           KESIMPULAN DAN SARAN

4.1       Kesimpulan
1.      Pada praktikum ekologi perairan yang bertempat di hulu Sungai Logawa, desa Jipang, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Jenis bentik yang didapatkan pada sungai Logawa ada 7 ordo yaitu Tricoptera, Lepidoptera, Ephemeroptera, Plecoptera, Odonata, Coleoptera, Diptera. Kelimpahan Ordo yang paling tinggi melakukan drifting yaitu ordo Ephemeroptera karena ordo Ephemeroptera ini merupakan larva serangga air yang termasuk pterygotha yaitu serangga yang memiliki sayap dimana ketika akan berubah menjadi tahapan yang bersayap, nimfa serangga ini timbul ke permukaan air (mengapung) dan berganti kulit dan kemudian terbang kepinggiran dan hinggap di atas tumbuh-tumbuhan.
2.      Drifting tertinggi yaitu pada jam 17.30 dikarenakan pada jam tersebut bentik mulai mencari makan dengan perilaku mengapung dan mengikuti arus, karena pada jam tersebut debit air mulai naik dan arus mulai kencang dan temperature air mulai menurun, selain itu pada jam tersebut jarang predator yang berkeliaran.
4.2       Saran
Sungai Logawa bagian hulu dalam keadaan belum tercemar karena ordo Tricoptera, Ephemeroptera, Coleoptera, Diptera adalah indikotor air bersih sehingga harus dilestarikan. Selain itu untuk menjaga ekosistem yang berada pada hulu sungai Logawa masyarakat sekitar harus ikut berpartisipasi, sebagian masyarakat menggunakan sungai sebagai MCK, sebaiknya di setiap rumah di beri kamar mandi, kalau tidak diberi  1 sarana MCK agar tidak melakukan aktifitas mereka di sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey , Paul C. E., 1981. Insect Drift in Condor Creek,Australian Capital Territory. Australian National University: University of Adelaide, Australia

Diana Cristine, Lamberti. 2000. The periodicity of caddisfly (trichoptopera) drift and the                                                                                  effect of predation on that pattern. Bios; USA
Gerhardt Almut, dkk. 2008. Environmental Pollution. University of Coimbra press : Portugal
Hauer,R.F., and Limberti, A.G. 1996. Methods In Steam Ecology. Academic Press. San Diego, California, USA.
Mahajoeno Edwi, Manan Efendi, Ardiansyah. 2001 . Keanekaragaman Larva Insekta pada Sungai-sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. FMIPA UNS Surakarta press: Surakarta
Odum EP. 2008. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogyakarta. Gajah Mada University press.
Oktavian Ika, Gustina. 2012 . komposisi bentos di sungai siak kelurahan sri meranti kecamatan rumbai kota pekanbaru
Suwartimah Ken, Widianingsih, dkk. 2011. Komposisi Jenis dan Kelimpahan Diatom Bentik di Muara Sungai Comal Baru Pemalang. Universitas Diponegoro. Semarang
Tobing, Imran S.L. 2009. Kondisi Perairan Pantai Sekitar Merak, Banten Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Jenis Benthos. (online) Jurnal VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009, diakses 14.
Ward, J. V. 1992. Aquatic Insect Ecology, Biology and Habitat. New York: John Wiley and Sons.









0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda gan

Copyright © 2010 Laporan JPK UNSOED | Design : Noyod.Com | Images: Moutonzare